Kalangan korporasi masih meragukan keamanan data yang akan ditaruh di komputasi awan (cloud computing). Sehingga masih banyak perusahaan yang masih mempertimbangkan untuk menggunakan layanan tersebut.
Associate Vice President, Asia Pacific Enterprise Infrastructure
Research IDC, Simon Piff menyatakan masih banyak perusahaan yang belum
mengantisipasi tren "big data" dan belum banyak memindahkan datanya ke cloud.
"Persoalannya adalah masalah keamanan. Ada sekitar 48 persen responden
yang masih meragukannya," ungkap Piff di Jakarta, Rabu (16/11/2011).
Selain keamanan, kalangan pebisnis juga khawatir terhadap hilangnya
kontrol data, masalah harga, dan validitas data. Dari seluruh
responden, hanya 12 persen yang sudah menggunakan layanan cloud storage
dan 23 persen yang masih dalam proses mempertimbangkan. Sedangkan
sebanyak 34 persen responden menyatakan tidak memiliki masalah pada
layanan awan.
Piff menilai adopsi cloud diperkirakan masih dalam tahap awal dan kemungkinan baru berpotensi tumbuh besar dalam 12 bulan hingga 18 bulan ke depan.
Sementara, tantangan utama para eksekutif teknologi informasi di masa
depan adalah harus mewaspadai pertumbuhan data (56 persen responden),
peningkatan utilisasi (39 persen), dan masalah manajemen storage bagi
virtual server. Jika tidak diwaspadai, maka data yang tidak terstruktur
akan melonjak naik.
Masalahnya, 72 persen dari para eksekutif
tersebut justru tidak memiliki strategi untuk mengantisipasi
pertumbuhan data tak terstruktur seperti data multimedia, data berbasis
Internet, atau berbagai jenis data raksasa berukuran multi-gigabyte
yang saat ini menjadi penting sebagai sumber utama untuk aktivitas
penggalian data.
"Hanya 67 persen eksekutif tersebut menyatakan keyakinannya bahwa infrastruktur storage mereka saat ini sudah cukup untuk 12 bulan ke depan," tambahnya.
Survei ini dilakukan IDC sejak Agustus hingga September 2011 yang
melibatkan 150 eksekutif TI dari perusahaan berskala besar di Asia
Pasifik. Hitachi Data Systems (HDS) menggelar survei tersebut untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai tantangan
manajemen dan strategi soal storage.
Vice President and
General Manager Hitachi Data Systems (HDS) ASEAN, Ravi Rajendran
menyatakan bahwa data dan informasi harus disimpan, diatur, dan
dikelola sesuai kepentingan perusahaan masing-masing. Namun, dengan
mengadopsi teknologi terkini seperti komputasi awan, maka perusahaan
tidak hanya bisa mengelola pertumbuhan datanya saja.
"Tapi juga mengumpulkan dan saling menghubungkan data untuk menciptakan informasi yang berguna," tambah Rajendran.
Untuk memberi solusi dari masalah kalangan pebisnis yang masih
meragukan keamanan data, HDS menawarkan strategi tiga lapis untuk
mengamankan data, mulai dari infrastruktur, konten dan informasi
berbasiskan cloud.
Dalam laporan IDC tersebut,
virtualisasi adalah teknologi yang paling banyak diadopsi di masa
depan, ada sekitar 60 persen yang menginginkan teknologi tersebut.
Disusul kemudian untuk disaster recovery (44 persen) dan
enkripsi data untuk keamanan (37 persen). Keinginan pebisnis tersebut
mengindikasikan bahwa teknologi lain yang bisa digunakan untuk
meningkatkan efisiensi sistem seperti kompresi data, automatic tiering, dan thin provisioning belum banyak diadopsi.
Sumber : http://tekno.kompas.com/read/2011/11/18/14350653/Sudah.Wajib.Cloud.Korporasi.Masih.Ragu.Soal.Keamanan