Saturday 19 November 2011

Berjaya di tengah krisis yang melanda

Beberapa pekan lalu ketika berbelanja di satu pusat pebelanjaan di Greenwich saya mendapati ada toko baru. Toko ini menggantikan toko lama yang gulung tikar.
Di tengah situasi ekonomi yang sulit, toko yang bangkrut menambah panjang berita-berita kelam lain, seperti pertumbuhan ekonomi yang tidak sesuai target atau angka pengangguran yang terus bertambah.
Dua hari lalu pemerintah Inggris mengumumkan bahwa jumlah pengangguran mencapai 2,57 juta atau yang tertinggi dalam 17 tahun terakhir.
Toko baru ini adalah anggota jaringan Poundland, toko serba-ada yang menjual hampir semua barangnya dengan harga £1. Warga dengan mudah mengenali toko ini dengan eksterior warna hijau dan tulisan Poundland besar-besar dengan warna putih.
Yes everything is £1, ya semuanya £1 atau sekitar Rp13.700, demikian slogan toko yang mulai beroperasi pada 1990 tersebut. Dari kripik kentang, jus, minuman ringan, sarung telepon genggam hingga DVD semuanya berharga £1.

Toko semua kalangan
Hingga beberapa tahun lalu, toserba Poundland sepertinya hanya populer di kalangan kelas bawah.
Tetapi data menunjukkan, Poundland sekarang menjadi salah satu toko favorit untuk semua kalangan.
Harian Financial Times menyebutkan tahun ini jaringan toko Poundland melayani 3,8 juta pelanggan setiap minggunya, naik 500.000 orang dari tahun lalu. Tahun lalu dibuka 64 toko buku menjadikan jumlah cabang mencapai 327 toko.
Tahun ini Poundland mematok target membuka 50 toko baru dan melebarkan sayap ke tetangga Inggris, Irlandia.
Koran Metro terbitan hari Jumat (14/10) memberitakan bahwa kalangan atas yang berbelanja di Poundland membawa tas belanja bertuliskan Marks and Spencer dan Waitrose -dua supermarket yang identik dengan kelas menengah ke atas- ketika masuk ke toko Poundland untuk menutupi rasa malu.
Barang-barang jualan Poundland yang laris dibeli antara lain adalah tisu untuk kamar kecil, produk makanan bayi, pasta gigi, dan sabun mandi yang jauh lebih murah dibandingkan Tesco dan Sainsbury's, dua supermarket terbesar di Inggris. Yang juga sering dicari pembeli adalah batu baterei.
Di toko Poundland, 12 batu baterei ukuran AA bisa dibeli hanya dengan £1. Di toko-toko lain, uang yang sama hanya bisa mendapatkan 2 baterei. Tidak mengherankan bila Poundland dikenal sebagai penjual batu baterei terbesar di Inggris.

Rambah Eropa daratan
Omset penjualan hingga akhir Maret naik 26% menjadi US$1,01 miliar atau sekitar Rp8,9 triliun.
"Jelas bahwa di tengah iklim ekonomi yang sulit seperti sekarang, yang diperkirakan masih akan berlangsung hingga beberapa waktu ke depan, pelanggan akan mencari barang-barang murah tanpa harus mengorbankan kualitas," kata Jim McCarthy, kepala eksekutif Poundland.
Kenaikan omset Poundland juga didorong oleh ambruknya Woolworths, jaringan toko serba-ada yang menjual barang dengan harga relatif miring. Para pelanggan setia Woolworths beralih ke Poundland ketika toko favorit mereka berhenti beroperasi pada 2009.
Tidak lama lagi warga di Eropa daratan bisa menikmati barang-barang Poundland karena McCarthy telah berancang-ancang meramaikan pasar di Eropa.
Selain Poundland, toko-toko sejenis juga mengumumkan kenaikan penjualan.
Dalam catatan Financial Times, Poundstretcher untuk pertama kalinya mencatat keuntungan sejak 2005. Jaringan yang memiliki 354 toko ini membukukan keuntungan sebelum pajak US$2,2 juta. Padahal tahun lalu mereka merugi US$11 juta.
Kenaikan omset penjualan juga dinikmati Home Bargains yang mencapai US$1,1 miliar atau naik 24% dibandingkan tahun sebelumnya.
Melihat angka-angka ini, terjawab sudah mengapa jumlah toko Poundland terus bertambah dan toko yang sering saya lewati di Greenwich sepertinya tidak pernah sepi dari pembeli.


sumber : http://www.bbc.co.uk/blogs/indonesia/london/2011/10/yang-berjaya-di-tengah-krisis.html