MUSTAHIL HENTIKAN IMPOR TEPUNG IKAN
Negara kita,Indonesia memang sulit untuk menghentikan ketergantungan terhadap tepung ikan impor untuk bahan baku pakan. Pasalnya, produksi ikan lamuru (bahan baku tepung ikan) maksimal 1,2 juta ton per tahun, sedangkan kebutuhan nasional untuk pakan rata-rata 3,75 juta ton pertahun. Mengingat jumlah kebutuhan dengan banyaknya jumlah yang diproduksi,banyak yang mengatakan pula bahwa benar-benar mustahil untuk menghentikan impor tepung ikan.
Jumlah kebutuhan itu bertambah seiring dengan perluasan areal dan peningkatan volume produksi perikanan budidaya. Direktur Jendral Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Made Nurdjana menyimpulkan bahwa beliau memperkirakan impor ikan sulit dihentikan dan yang bisa dilakukan hanya menekan volume impor dengan cara mengganti lemk dan protein di luar tepung ikan lamuru.
Saat ini , kebutuhan pakan ikan 1,5 juta ton per tahun yang artinya tepung ikan yang dibutuhkan 750.000 ton. Untuk mendapatkan 1 kilogram tepung ikan, dibutuhkan 5 kilogram ikan lamuru. Untuk memproduksi 750.000 ton tepung ikan, dibutuhkan 3,75 juta ton ikan lamuru. Selain itu, harga ikan lamuru di Indonesia rata-rata Rp 6.000 per kilogram. Artinya, untuk menghasilkan 1 kilogram tepung ikan akan menghabiskan biaya minimal Rp 30.000 per kilogram. Dan itu pun belum termasuk ongkos produksi pakan lainnya sementara , tepung ikan impor Rp 13.000 per kilogram.
Sementara itu, Tardji, pembudidaya udang asal brebes, Jawa Tengah, meminta DKP segera mencarikan solusi dalam meningkatkan efisiensi usaha budidaya udang. Beliau juga mengatakan bahwa di Negara China, total biaya produksi udang rata-rata Rp 18.000 per kilogram. Sebaliknya di Indonesia mencapai Rp 25.000 per kilogram. Dengan kondisi seperti ini, Indonesia tidak akan bisa bersaing di pasar global.
Selama ini, tepung ikan diimpor dari Negara Peru dan Negara Chili. Peru adalah Negara produsen tepung ikan terbesar di dunia, yakni 57 persen terhadap total kebutuhan tepung ikan dunia yang mencapai 6,2 juta ton. Adapun Negara Chili memproduksi tepung ikan 25 persen, sisanya 18 persen diproduksi Negara Denmark, Norwegia, dan Eslandia. Volume impor tepung ikan rata-rata 1,68 juta ton per tahun.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Pakan Udang Indonesia, Johanes Kitono menegaskan bahwa pilihan mengimpor itu karena tepung ikan local umumnya diambil dari ikan yang sudah busuk, lalu dikeringkan, dan diolah menjadi tepung. Pakan berbahan baku seperti itu tidak diminati udang vaname.
Nama : Michael A
NPM : 14110381
Sumber : KOMPAS,Senin,18 September 2006 halaman 18
Sumber : KOMPAS,Senin,18 September 2006 halaman 18