Saya lahir dari seorang bapak dan seorang ibu yang masing-masing keluarga
besar mereka mempunyai filosofi hidup yang sungguh sangat berbeda satu sama
lain. Dan dari beragam hal yang berbeda yang dipunyai oleh masing-masing
keluarga besar baik dari ibu saya maupun dari ayah saya , lahir lah saya yang ibu dan ayah saya sepakat melahirkan saya. Saya bersekolah dasar di Tebet , Jakarta. Disana saya bersekolah selama 6 tahun lamanya dan setelah
lulus SD , saya naik tingkat menuju SMP yang bertempat di Jakarta. Disana , saya bersekolah selama 3 tahun lamanya. Dan
setelah saya menempuh ujian nasional dan ujian akhir sekolah , saya lulus dan
diberi kesempatan untuk merantau di SMA yang ada di Bedono , Semarang. Disana
, saya belajar selama 3 tahun untuk akhirnya lulus dalam ujian nasional dan
kembali pulang untuk melanjutkan kuliah di Universitas Gunadarma . Pengalaman
saya yang paling sangat sungguh menarik ketika saya duduk di bangku sekolah
menengah atas atau biasa disingkat dengan SMA. Di Semarang , saya begitu
menemukan banyak hal yang sangat beragam , komplek dan bermacam-macam hal dapat
saya temui disana. Untuk itu memang tidak salah keputusan yang dilimpahkan
kepada saya untuk merantau ke kota yang letak nya tak jauh dari kota-kota besar
di daerah jawa tengah. SMA saya letak nya pun berada di tengah jalur lintas
Semarang-Jogjakarta dimana situasi disana masih benar-benar sejuk dan nyaman
dan agak jauh dari keramaian kota. Ketika disana , saya baru benar bisa
terbuka bagaimana dunia ini ternyata dibangun oleh berbagai macam fondasi
seperti berbagai macam agama, suku, ras, dan banyak hal komplek dan beragam
lainnya yang saling berbeda satu sama lainnya. Maka saya berpikir , negara
Indonesia ini sebenarnya negara yang paling sungguh sangat luar biasa dengan
keberagaman yang ada yang menjadikannya suatu negara yang dinamakan dengan
Indonesia.
Dari sinilah saya mulai berpikir mengenai pandangan hidup saya yang
mengganggap semua keberagaman yang ada menjadi suatu keutuhan yang ada yang
sebenarnya keberagaman yang ada menjadikan sesuatunya menjadi saling
melengkapi dan membuatnya menjadi terlihat sempurna. Saya memandang
hidup yang rumit ini dengan berpikiran layaknya sebuah mata yang memandang
sebuah bola. Bahwa untuk melihat suatu persoalan , butuh mata yang melihat
segala sudut bola yang sedang dilihat. Mengapa saya mengambil contoh sebuah
bola? Karena seandainya saja saya mengambil contoh sebuah kubus , maka yang
terlihat hanyalah mata yang memandang kotak per kotak. Sedangkan apabila mata
memandang sebuah bola , perbedaan sudut pandang yang hanya berbeda 1 derajat pun , bisa dinilai sangat berbeda
karena bulat yang tidak ada batas nya entah dari mana kita memandangnya (walaupun dilihat dari sudut manapun, bola tetaplah terlihat bundar). Jadi memang banyak orang yang mengatakan bahwa
“menjadi orang harus selalu ‘positif thinking’ ”. Dan memang nyatanya benar
karena dengan memikirkan hal positif , perilaku, sikap, dan semua hal yang ada
pada diri kita menjadi terbawa hal-hal positif. Walaupun begitu , hal negatif akan
terus tetap ada selama masih ada hal positif. Sesorang tidak akan tau membuang
sampah sembarang itu adalah hal negatif apabila seorang lainnya memberi contoh
membuang sampah pada tempatnya yang mengakibatkan dampak yang diberikan sangat
baik ketimbang membuang sampah sembarangan.
jadi , apakah berarti hal negatif itu salah? Dan mengapa hal tersebut di
katakan sebagai hal negatif? Jadi kalau boleh saya mengatakan bahwa hal negatif
itu sebenarnya hal positif yang tidak pada tempatnya atau waktunya atau hal
lain semacamnya yang tidak pas atau baik dilakukan. Sebut saja membuang sampah.
Membuang sampah itu sebenarnya baik karena ketika sampah disimpan ,tentu saja sampah
itu bisa membuat berbagai macam sarang penyakit. Tetapi apakah membuang sampah
tersebut seenaknya atau bisa dibilang sembarangan itu baik? Maka sebenarnya hal
negatif itu perlu, sebagai sudut pandang menuju kepada bagaimana kita bertindak
dan berpikir secara positif. Namun ,
tidak semua hal negatif itu perlu kita jadikan pengalaman supaya kita bertindak
lebih baik di masa depan. Permisalkan sampah itu sendiri. Apakah kita harus merasakan
dampak dari kita membuang sampah sembarangan terlebih dahulu supaya setelahnya
kita menjadi perilaku yang membuang sampah di tempatnya? kan pengalaman seperti
ini tidak seharusnya terjadi dahulu sebagai pengalaman kita untuk kita
berperilaku positif di kemudian harinya. Sebenarnya memikirkan apa yang
sebenarnya terjadi di dunia ini sungguh sangat sulit bahkan tidak akan mungkin
terpecahkan karna hanya TUHAN sendiri yang tau. Seperti “kenapa dunia ini
sungguh tidak adil?”. Saya tetap berpegang pada sebuah kalimat yang bertuliskan
,” semua yang diciptakan TUHAN sungguh baik adanya”. Karena dengan begitu ,
saya bisa sedikit membedakan manakah yang benar-benar buatan TUHAN dan mana
yang benar-benar buatan manusia.
Lalu ,yang terakhir, cita-cita saya sebenarnya bisa dikatakan sangat
banyak. Saya menetapkan setiap hal yang ada , bisa saya jadikan cita-cita dari
masing-masing bidang tersebut. Misalkan saja saya menjadi seorang wirausahawan
yang bergerak dalam bidang restoran. Berarti , cita-cita saya menjadi seorang
pemilik restoran yang memberikan resep terbaik kepada para pembeli yang akan
makan di restoran saya. Sehingga restoran ini memberikan tidak hanya halal
kepada semua orang yang membeli nya , melainkan juga sehat dan enak. Bagi saya
, yang terpenting dari hidup saya bukan cita-cita yang saya inginkan. Karena siapa
tau ternyata cita-cita yang saya impikan itu hanyalah keinginan atau hawa nafsu
saya sendiri bukan dari keinginan TUHAN yang telah menciptakan saya ke dunia
ini. Yang penting menurut saya yaitu bagaimana kehadiran saya membawa
kebahagian bagi semua orang tidak terkecuali, sehingga TUHAN bisa menggunakan saya
sebagai alat bantu untuk orang lain yang membutuhkan saya. Itulah kenapa alasan
saya menetapkan cita-cita di masing-masing bidang yang ada di dunia ini. (Badegos Ronggas)