Saturday, 7 January 2012

Bahayanya Ambisi Yang Terlalu Tinggi

Fenomena kelelahan fisik dan mental sebetulnya bukan hal baru dalam dunia sepak bola. Tekanan yang demikian kuat dalam bisnis sepak bola memang sulit dibendung. Tokoh-tokoh ternama seperti Oliver Kahn dan Ottmar Hitzfeld juga pernah merasakan hal itu.

Hitzfeld butuh waktu setahun untuk kembali normal setelah merasa tidak punya engergi dan ambisi seusai menjuarai Liga Champion 2000-01, juga tidak bisa merasakan kegembiraan semestinya ketika timnya meraih double winners pada 2002-3. Sementara  Kahn merasakan kelelahan dan stress pada 1999. 

Tokoh lain yang mengalami hal serupa adalah Sebastian Deisler dan Robert Enke. Deisler memilih pensiun muda dan tetap hidup, sementara Enke memilih jalan lebih tragis dengan mengakhiri hidupnya.  Deisler (kiper Hannover) melemparkan dirinya ke lintasan kereta api cepat pada 10 November 2009.

Kasus bunuh diri Enke menjadi titik balik yang mengubah pandangan dunia terhadap burnout syndrome. Jika sebelumnya tekanan mental dipandang sebagai aib dan tabu dibicarakan, setelah itu orang-orang menjadi lebih terbuka membicarakannya.

Gejala burnout syndrome sebenarnya bisa melanda siapapun. Namun menurut Marion Sulprizio golongan yang paling rawan terkena hal tersebut adalah orang-orang yang punya ambisi tinggi, perfeksionis, dan selalu kritis pada dirinya sendiri. Apalagi saat mereka menghadapi tekanan besar dan kenyataan tidak sesuai dengan harapan.

"Bornout adalah hasil komitment yang berlebihan. Profesi kadang dipandang sebagai satu-satunya tujuan hidup. Ini lantas menggoyang keseimbangan jiwa dan memunculkan keletihan," tulis Kahn dalam biografinya. Pengakuan Kahn sesuai dengan penjelasan Sulprizio tentang burnout syndrome.

Sulprizio memberikan saran sebagai antisipasi burnout syndrome, bahwa kita harus memiliki kesadaran dan tidak termakan ambisi yang terlalu tinggi dan selalu memiliki kesiapan menghadapi setiap kompetisi yang akan dihadapi.


Sumber : http://herusupanji.blogspot.com/