Monday, 25 October 2010

Kebudayaan

 KEBUDAYAAN

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" d Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Unsur-Unsur
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
  1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
    • alat-alat teknologi
    • sistem ekonomi
    • keluarga
    • kekuasaan politik
  2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
    • sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
    • organisasi ekonomi
    • alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
    • organisasi kekuatan (politik)

Wujud dan komponen

Wujud

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
  • Gagasan (Wujud ideal)
    Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
  • Aktivitas (tindakan)
    Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
  • Artefak (karya)
    Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

Komponen

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
  • Kebudayaan material
    Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
  • Kebudayaan nonmaterial
    Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

Nama : Michael Amiarsa
NPM : 14110381
Sumber : (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya)

Masyarakat

MASYARAKAT

Masyarakat yang merupakan terjemahan dari istilah society, merupakan sekelompok orang yang membentuk suatu sistem yang semi tertutup ataupun semi terbuka, yang mana interaksi sebagian besar adalah antara perorangan yang berada di dalam kelompok masyarakat tersebut.
Istilah masyarakat sendiri berasal dari sebuah kata dalam bahasa Arab yaitu musyarak. Lebih abstraknya, suatu kelompok masyarakat merupakan suatu jaringan hubungan antar entitas satu dengan yang lain. Masyarakat juga merupakan sebuah komunitas interdependen atau saling tergantung satu dengan yang lain.
Pada umumnya, istilah kata masyarakat ini digunakan dengan mengacu pada sekelompok orang yang tinggal bersama dalam sebuah kelompok komunitas yang teratur.
Berdasarkan pada Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, perkumpulan manusia bisa dikatakan sebagai suatu masyarakat jika memiliki perasaan, pemikiran dan juga system atau aturan yang lebih kurang sama. Dari kesamaan yang ada tersebut, manusia selanjutnya berinteraksi satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut berdasar pada kemaslahatan.
Masyarakat juga diatur atau diorganisir berdasar pada cara utamanya dalam mencari penghasilan. Para ahli ilmu sosial telah mengidentifikasikan beberapa kelompok dalam masyarakat, yaitu masyarakat yang berperan sebagai pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat yang berperan dengan bercocok tanam, serta masyarakat agrikultural intensif, atau dalam istilah lain juga disebut masyarakat peradaban.
Sebagian ahli ilmu sosial menganggap masyarakat industri serta pasca industri sebagai suatu kelompok masyarakat yang independen dari masyarakat tradisional agrikultural. Berdasarkan struktur politiknya, dapat pula disusun atau diorganisasikan kelompok dalam masyarakat, yang diurutkan berdasarkan urutan kompleksitasnya serta besarnya. Sebagai contoh,  terdapat masyarakat suku, chiefdom, band serta masyarakat negara.
Kata society sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin yaitu societas. Societas berarti hubungan persahabatan antara satu dengan yang lain. Societas sendiri diturunkan dari kata socius yang memiliki arti kawan atau teman.
Jadi, arti society erat kaitannya dengan kata sosial. Dan secara implicit dapat dikatakan bahwa kata society memiliki makna bahwa setiap anggota dalam kelompok masyarakat tersebut memiliki perhatian serta kepentingan yang sama untuk mencapai tujuan yang akan diraih bersama.
Di Indonesia sendiri telah berkembang beberapa masyarakat yang didasarkan pada berbagai penggolongan, misalnya berdasarkan profesi. Sebagai contoh adalah kelompok profesi guru yang membentuk asosiasi PGRI atau Persatuan Guru Republik Indonesia, serta munculnya asosiasi – asosiasi lain sesuai profesi.
Salah satu perkumpulan yang besar dan potensial adalah asosiasi para buruh. Banyak sekali masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai buruh pabrik maupun karyawan  yang nota bene juga buruh perusahaan tersebut.
Di Indonesia memang jumlah wira usahawan belum sebanyak di Jepang atau China, namun saat ini jumlah wira usaha telah meningkat disbanding lima tahun terakhir. Dan para wira usahawan ini juga memiliki kelompok sendiri yang memiliki tujuan dan kepentingan yang sama.
Karena jumlah buruh atau orang yang bekerja pada suatu perusahaan atau pada orang lain jauh lebih banyak, maka jumlah anggota asosiasi buruh juga jauh lebih banyak dibanding asosiasi lain. Hal ini menimbulkan adanya beberapa oknum yang bermaksud memanfaatkan asosiasi buruh ini untuk kepentingan politik. Hal ini tetap dikembalikan ke asosiasinya sendiri.
Namun yang dikhawatirkan, perkembangan ke depannya, jika suatu asosiasi baik asosiasi buruh atau asosiasi apapun, ke depannya akan mengarah ke hal – hal yang beresiko dan kurang menguntungkan anggotanya jika dimuati kepentingan politik.
Asosiasi buruh terbentuk salah satunya untuk menjaga agar hak – hak buruh tetap terpenuhi sebagaimana mestinya. Karena itu, dalam asosiasi atau perkumpulan masyarakat ini memang sangat diperlukan koordinasi yang rutin antara satu bagian dengan bagian lain.
Dan sebisa mungkin seluruh anggota dilibatkan dalam setiap kegiatannya. Hal ini penting agar tujuan awal yang ingin dicapai oleh kelompok masyarakat ini akan tetap terjaga pada jalurnya.


Nama : Michael Amiarsa
NPM : 14110381
Sumber : (http://www.anneahira.com/masyarakat.htm)

Penduduk

PENDUDUK

Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
  • Orang yang tinggal di daerah tersebut
  • Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.

Bonus demografi
Rasio ketergantungan nasional saat ini masih 47%, artinya setiap 100 penduduk produktif menanggung 47 penduduk tidak produktif di bawah umur 15 tahun dan 65 tahun ke atas.
Di satu sisi mereka bisa mendorong ekonomi untuk tumbuh kalau mereka bekerja tetapi di sisi lain mereka bisa menciptakan instabilitas sosial dan politik kalau mereka tidak bekerja
Namun rasio ketergantungan cenderung menurun belakangan setelah sempat mencapai 70% dan diperkirakan akan mencapai titik terendah pada 2020-2030.
Pada periode itu akan terdapat peluang lebih besar untuk melakukan investasi manusia guna mendorong produksi.
Bagaimanapun, apa yang disebut sebagai bonus demografi ini bagaikan pisau bermata dua seperti dikatakan oleh Sonny Harry Harmadi, Kepala Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
"Di satu sisi mereka bisa mendorong ekonomi untuk tumbuh kalau mereka bekerja tetapi di sisi lain mereka bisa menciptakan instabilitas sosial dan politik kalau mereka tidak bekerja. Jadi mereka itu produktif tapi tidak bisa menyalurkan produktifitasnya karena tidak terserap di pasar kerja," tegas Sonny.
Bonus demografi ini diproyeksikan akan mengalami titik balik ketika angka kelompok lanjut usia menjadi lebih besar dibandingkan generasi muda dan bahkan, kata mantan Menko Kesra Haryono Suyono, ketergantungan penduduk lansia yang jumlahnya akan mencapai 30 juta, lebih mahal.
"Kalau 30 juta ini tidak bekerja akan menjadi tanggungan baru sehingga beban ketergantungan yang menurun sampai tahun 2015 akan naik lagi. Bedanya dengan dulu, kalau dulu yang menjadi tanggungan anak di bawah 15 tahun. Anak-anak sakit dibawa ke dokter ongkosnya murah tetapi orang tua yang sakit itu sakitnya lebih mahal," katanya.


Nama : Michael Amiarsa
NPM : 14110381
Sumber : (http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2010/07/100709_population4.shtml)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk)

Monday, 11 October 2010

Jakarta Harus Punya Angkutan Massal

Bayangkan situasi dan keadaan kota Jakarta di tahun 2014. Saat itu proyek transportasi makro sudah rampung(selesai). Kota ini punya busway, monorel, subway, bahkan transportasi air. Para pekerja yang tinggal di daerang pinggiran tak perlu takut telat masuk kantor karena sistem trasnportasi publik sudah berjalan dengan baik. Bayangkan saja jika di sebuah stasiun interchange di Dukuh Atas, Jakarta Pusat, orang-orang keluar dari terowongan stasiun subway lalu pindah ke stasiun monorel dan halte busway menuju kantor. Bayangkan.
                Cukup lah sudah mengandaikan Jakarta di masa depan. Sekarang lihatlah Jakarta yang sesungguhnya. Tidak ada ruas jalan yang bebas dari macet. Sementara itu jumlah kendaraan bermotor terus bertambah setiap tahun. Diperkirakan, pada tahun 2014, jumlah kendaraan pribadi sudah sedemikian membludak sampai semua jalanan di kota ini macet semacet-macetnya. Arus lalu lintas mentok. Begitu keluar dari rumah, kita langsung terjebak macet.
                Mungkin terdengar berlebihan. Tetapi asumsi ini jelas bukan tanpa dasar. Saat ini jumlah kendaraan di Jakarta mencapai lebih dari enam juta unit. Belum kendaraan dari wilayah Bodetabek dan kendaraan yang dibawa para perantau dari kampong halamannya. Tiap tahun, kenaikan jumlah kendaraan bermotor mencapai 11%, sementara penambahan panjang jalan tak lebih dari 1%.
                Untuk mencegah macet total itu, tidak ada pilihan lain. Jakarta harus segera punya system trasportasi public yang bisa mengangkut penumpang secara missal dalam tempo cepat. Para insinyur menyebutnya mass rapid transit (MRT). Di atas kertas, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun sudah merancang pembangunan sarana transportasi publik kategori MRT ini. Bang Yos, panggilan akrab Gubernur Sutiyoso, memperkenalkannya sebagai Pola Transportasi Makro (PTM). Sarana Transportasi yang direncanakan lewat proyek PTM ini meliputi busway, monorel, subway, dan transportasi air.
                Dari empat jenis transportasi yang direncanakan itu, baru proyek busway yang sudah direalisasikan. Itu pun baru sekitar separuh dari keseluruhan rute yang direncanakan. Hingga Mei 2007, proyek monorel baru sampai pada pembangunan tiang di beberapa titik.
                Dari empat jenis angkutan public yang direncanakan di PTM, busway merupakan pilihan yang biayanya palig murah dan paling mudah direalisasikan. Sebagai gambaran, biaya pembangunan busway sekitar AS $ 2 Juta – 5 Juta per km. Sementara monorel membutuhkan investasi lima kali lipatnya, alias sekitar AS $ 10 Juta – 25 Juta per km. Subway bisa menelan biaya AS $ 50 Juta – 150 Juta per km, tergantung pada kondisi tanah. Dengan kata lain, tiap kilometer subway membutuhkan biaya yang setara dengan pembangunan 25 km busway. Karena alas an itulah, Pemprov DKI Jakarta memprioritaskan pembangunan busway daripada ketiga jenis moda transportasi lainnya.
                Setelah busway, monorel merupakan prioritas kedua yang akan direalisasikan lebih dulu. Pembangunan monorel sebetulnya sudah dimulai sejak Juni 2004. Saat itu, transportasi ini siap beroperasi tahun 2007. Namun, karena terbentur oleh kendala financial, hingga sekarang pembangunannya baru sampai pembuatan tiang. Monorel  ini mirip kereta biasa. Bedanya, relnya Cuma satu dengan ukuran yang besar dan lebar sehingga gerbong monorel bisa bertumpu di atasnya. Lintasan relnya melayang di atas jalan raya dengan tiang-tiang penyangga yang tingginya sekitar 12 m. tiap kilometer terdapat stasiun pemberhentian.
                Menurut Parsetyo, yang paling ideal untuk mengatasi masalah transportasi sebetulnya adalah MRT (subway). Dibandingkan dengan yang lain, jenis transportasi ini bisa mengangkut penumpang dalam jumlah paling besar dalam tempo paling cepat. Sebagai perbandingan jumlah penumpang yang visa diangkut busway sekitar 10.000 – 15.000 orang per jam. Monorel, yang tergolong light rapid transit (LRT), bisa mengangkut 20.000 penumpang per jam. Sedangkan subway bisa mengangkut sekitar 30.000 penumpang per jam. Masalahnya, pembangunan subway membutuhkan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup lama, sekitar 4 – 5 tahun. Istilah subway, kata Prasetyo, sebetulnya kurang tepat untuk proyek PTM yang direncanakan Pemprov DKI Jakarta. Soalnya, istilah ini lazimnya hanya digunakan untuk kereta yang jalurnya berada di bawah tanah. Sementara subway yang direncanakan, lebih dari separuhnya mengambil lintasan di atas tanah. Karena itu, Prasetyo lebih suka menyebut MRT daripada subway. Istilah MRT lebih umum karena bisa digunakan untuk kereta yang lintasannya berada di atas permukaan tanah maupun di dalam tanah.
                Di luar urusan teknologi, Prasetyo menegaskan bahwa factor sosial budaya, bahkan politik, merupakan unsure penting dalam menangani masalah transportasi di Jakarta. Itu sebabnya program PMT harus disertai dengan kajian sosial, diskusi, kampanye public, dan penyuluhan untuk mengubah perilaku masyarakat. Factor ini sama sekali tidak boleh ditinggalkan. Bila perlu, dilakukan “pemaksaan”. Prasetyo member contoh pengalaman Negara Singapura. Negara ini sangat ketat menerapkan aturan bagi warga negaranya. Di sana jumlah kendaraan pribadi dibatasi dengan menggunakan kuota. Supaya jumlahnya terkontrol, pemerintah menerapkan system Certificate of Entitlement (COE). Hanya mereka yang punya COE yang bisa memiliki mobil. Berapapun uang yang dimiliki, seorang konglomerat sekalipun tidak bisa membeli mobil jika ia tidak punya COE ini sepuluh tahun. Setelah itu dilelang untuk umum. Dengan pengontrolan yang sangat ketat ini, jumlah mobil di sana selalu sama dengan jumlah COE yang dikeluarkan pemerintah. Selain membatasi jumlah kendaraan pribadi, Singapura juga menerapkan system electronic road pricing. Saat mobil masuk ke dalam kota, pengendara harus membayar. Tarifnya sengaja dibuat tinggi supaya pengendara dibuat berpikir beberapa kali kalau hendak masuk ke dalam kota dengan menggunakan mobil pribadi.
                Bentuk nonfiskal misalnya membatasi jumlah kendaraan dengan aturan three in one, system nomor plat ganjil-genap, atau sengaja tidak menambah luas jalan raya agar pengendara mobil pribadi lebih suka menggunakan angkutan umum. Pemaksaan ini diperlukan karena memang secara alamiah, pengguna mobil pribadi tidak terlalu mudah untuk pindah ke angkutan umum. Supaya efektif, tentu saja pemaksaan itu harus dibarengi dengan peningkatan mutu layanan angkutan public. Sesuai sifat alamiah manusia, mereka bersedia berubah jika diberi pilihan yang lebih bagus. Kalau angkutan publiknya bisa diandalkan, mereka tentu bersedia meniggalkan mobil pribadi.
                Di mana pun, transportasi public seharusnya menjadi tanggungan Negara. Proyek transportasi makro di Jakarta, apa pun namanya, harus terus dilanjutkan oleh siapa saja yang bakal memegang kendali pemerintahan di DKI Jakarta. Jika tidak, maka diprediksi Jakarta bakal mandek alias berhenti total di tahun 2014 bisa benar-benar menjadi kenyataan. Pada masa itu, Jakarta mentok sementok-mentoknya. Begitu keluar dari pagar rumah, kita langsung terjebak kemacetan. Bayangkan saja!



Nama : Michael Amiarsa
NPM : 14110381
Kelas : 1KA31



Sumber : Intisari , Juni 2007 hal 130
Penulis : M. Sholekhudin